Sejarah Perkembangan Virus H5N1



Flu burung, atau yang juga disebut Avian influensa, sentak menyita perhatian semua pihak di seluruh dunia. Kecepatan virus yang menyebar dimana-mana dan kemampuannya bermutasi dengan cepat sehingga mampu menyerang baik hewan dan manusia menimbulkan kekhawatiran akan keganasan virus yang dapat menyebabkan kematian.
Saat ini Flu Burung diketahui telah menyerang hampir seluruh Negara di Asia, Belanda, Rusia, Australia, Itali, Chile, Meksiko, Belanda, Belgia dan Jerman serta Amerika dan saat ini merambah Afrika. Sebenarnya kasus flu burung telah muncul sejak tahun 1878 di Italia, dimana pada saat itu banyak ditemukan unggas yang mati mendadak. Namun penyebab matinya unggas tersebut baru diketahui pada tahun 1955 yang ternyata adalah virus influenza.
Pada awalnya virus ini dikenal tidak berbahaya karena tidak dapat menyerang spesies lain termasuk manusia karena perbedaan jenis reseptor virus, namun setelah ditemukan bahwa flu yang menyerang unggas ini juga menyerang 2 anak laki-laki pada tahun 1997 di Hongkong dan menyebar ke seluruh Asia, serentak kasus flu burung menjadi pandemik yang mengkhawatirkan semua pihak di dunia. Tiongkok, lagi-lagi ditunjuk sebagai Negara tempat asal muasal dimana virus yang menyerang unggas ini dapat bermutasi menyerang manusia. Propinsi Guandong diketahui merupakan sumber asal timbulnya keturunan virus Flu burung paling ganas yang kemudian menyebar secara internasional. Penemuan ini dihasilkan dari penelitian yang mencari rentetan genetik virus yang disimpan dalam Bank gen, sebuah akses umum yang menyimpan sumber data informasi genetika. Dari hasi kerangka model pohon, diketahui virus dari Tiongkok merupakan versi dasar virus yang diteliti dan diambil dari beberapa kasus flu burung di seluruh dunia. Besarnya peternakan unggas di Tiongkok dan minimnya pengetahuan serta kedekatan jarak antara tempat tinggal peternak dan kandang menjadi salah satu faktor yang memicu cepatnya mutasi dan penyebaran virus ini. Propinsi lainnya yang diduga menjadi daerah tempat penyebaran virus lain adalah propinsi Qinghai yang berada di sebelah barat laut Tiongkok. Penyebaran virus ini sangat cepat terutama di Negara-negara sekitar seperti Indochina, India, Asia Tenggara dan juga benua Eropa. Namun di Negara-negara tersebut virus mematikan H5N1 terbukti tidak menyebar kemana-mana dan hanya menjangkiti daerah tersebut.
Virus flu burung dapat dengan mudah tersebar dan untuk wilayah dimana terdapat banyak peternakan unggas resiko terjangkit penyakit ini menjadi lebih besar. Penyebarannya dari Negara satu ke Negara lainnya diketahui disebarkan oleh migrasi burung liar dimana virus berpindah dari tetesan sekresi burung yang terinfeksi yang mengenai peternakan unggas komersial dan juga lingkungan disekitarnya. Resikonya menjadi lebih besar bilamana peternakan tersebut berada di alam terbuka dimana burung liar atau unggas domestik dapat dengan mudah bergabung dan mencemari sumber air/makanan dengan tetesan sekresi yang terinfeksi virus flu burung. Selain itu pasar burung yang becek serta kondisi sanitasi yang tidak baik dapat menjadi kondisi yang pas untuk penyebaran penyakit. Virus yang hidup dalam tubuh burung yang terinfeksi dikeluarkan dalam jumlah yang besar lewat tetesan sekresi burung yang dapat mencemari debu dan tanah tempat mereka singgah atau tinggal. Virus itu kemudian berterbangan di udara dan dihirup oleh burung lain sehingga menyebabkan burung tersebut terinfeksi. Virus ini juga dapat terbawa oleh kaki dan badan hewan serta tubuh serangga yang berfungsi sebagai perantara penyebaran. Tikus dan lalat serta hewan yang tinggal di tempat yang kotor merupakan vector mekanis utama penyebaran virus flu burung. Pada manusia, virus dapat disebarkan saat manusia bersentuhan dengan sekresi burung yang terinfeksi. Virus dapat menempel di peralatan,kendaraan, pakan dan kandang serta pakaian yang nantinya berpindah dari satu lahan peternakan ke yang lain. Virus yang menempel ini dapat menginfeksi manusia saat tidak sengaja menghirup atau tertelan ke dalam tubuh.
Virus ini juga masih dapat hidup dalam daging unggas yang tidak dimasak dengan benar dan menginfeksi manusia kala memakan daging yang mengandung virus tersebut. Virus flu burung dapat hidup pada suhu dingin, dan kotoran yang terkontaminasi selama 3 bulan. Virus dapat bertahan dalam air selama 4 hari dengan suhu 22 derajat celcius dan lebih dari 30 hari di suhu 0 derajat. Dalam 1 gram kotoran yang terkontaminasi, terdapat virus yang dapat menyerang 1 juta burung.
Flu burung menyebar dari satu Negara ke Negara lainnya melalui perdagangan hewan ternak yang masih hidup, migrasi burung dan burung air. Infeksi virus yang dibawa oleh mereka hanya menyebabkan pengaruh yang kecil bagi tubuh mereka tapi dapat dengan mudah ditularkan melalui tetesan sekresi sekali saja dalam penerbangan yang sangat jauh.
Di Indonesia, pada rentang jarak antara bulan Oktober 2003 hingga Februari 2005, virus flu burung telah merenggut nyawa 60 orang dan mematikan 14,7 juta ekor ayam. Penyebarannya di Indonesia ditengarai diawali dari kabupaten Indramayu dimana di kabupaten tersebut kerap menjadi lalu lintas migrasi jutaan burung terutama saat perpindahan musim. Kepulauan rakit, yaitu pulau Rakit Utara, Pulau Gosong, dan Pulau Rakit Selatan adalah tempat beristirahatnya burung-burung dari Australia dan Eropa yang bermigrasi. namun saat ini terdapat perkembangan baru penyebab Avian Influenza yaitu tipe virus baru Influenza A (H7N9) yang muncul di Cina.Virus Influenza dapat bermutasi dan dapat menular kepada manusia, namun pada saat ini belum ditemukan data yang menyokong penularan dari manusia ke manusia untuk virus Influenza A (H7N9).dengan adanya perkembangan virus baru Influenza A (H7N9) di Cina, kita harus waspada karena dikhawatirkan akan menyebar ke negara lain bahkan ke seluruh dunia termasuk Indonesia.
Gejala:
Indikasi atas gejala yang timbul seperti tampak gejala flu pada umumnya yaitu batuk, demam dan memberat dengan gejala nyeri dada serta sesak napas. Gejala cepat mengalami perburukan dan akan terjadi peradangan paru (Pneumonia).
Definisi kasus Avian Influenza ada 3 yaitu :
  • Kasus “Confirmed”: Pasien dengan gejala influenza dan dari hasil pemeriksaan laboratorium terbukti terinfeksi virus Influenza A (H7N9)
  • Kasus “Probable”: Pasien dengan gejala seperti influenza dan dari hasil pemeriksaan laboratorium terbukti terinfeksi virus Influenza A, namun tidak dapat ditentukan subtipenya
  • Kasus “Suspek”: Pasien dengan gejala influenza dan ada riwayat kontak / terekspos dengan produk unggas/unggas yang terinfeksi atau kontak dengan kasus”Confirmed atau Probable” virus Influenza A (H7N9) dalam < 10 hari sebelum timbul gejala, atau baru saja bepergian ke negara yang terdapat kasus virus Influenza A (H7N9). Namun tidak/belum diketahui hasil konfirmasi laboratoriumnya
Penularaan terjadi melalui unggas yang terinfeksi, sedangkan penularan melalui manusia disinyalir merupakan media yang sangat tidak efektif, namun demikian masih terus dipantau dan ditiliti tentang penularan dari manusia ke manusia. Oleh sebab itu kita perlu memahami tentang gejala dan cara penularannya sehingga diharapkan dapat dihindari dan dicegah penularannya. Vektor utama penyakit ini adalah unggas, sehingga bersentuhan langsung dengan unggas yang sakit atau produk dari unggas sakit tersebut, kemungkinan akan membuat manusia tertular.
Penanganan kasus Flu burung dapat dilakukan dengan pemberian obat antivirus dan tetap harus diberikan oleh/dalam pengawasan dokter atau rumah sakit, karena kesalahan dalam pemberian obat akan memicu timbulnya jenis virus baru yang labih ganas dan kebal terhadap obat. Para peneliti terus berupaya untuk menciptakan vaksin flu burung guna pencegahan dengan cara pemberian vaksin, namun mengingat virus ini selalu bermutasi sehingga dirasakan manfaat pembuatan vaksin kurang efektif.
Cara-cara menghindarinya yang perlu diketahui yakni :
  1. Waspada bila ada kematian unggas yang mendadak
  2. Gunakan Alat Pelindung saat kontak dengan unggas (sarung tangan, masker dll)
  3. Hindari kontaminasi kotoran & sekret unggas, karena alat2 yang bersentuhan dengan kotoran unggas yang sakit akan menjadi media yang efektif untuk penularan
  4. Unggas yang mati mendadak dan produk unggas nya dibakar dan ditanam
  5. Alat peternakan dicuci dengan desinfektan
  6. Konsumsi daging unggas dan telurnya yang dimasak dengan suhu tinggi dan waktu yang cukup
  7. Jaga kebersihan diri & lingkungan
  8. Berkonsultasi ke Dokter Anda
sekian dan  semoga bermanfaat : )

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »

1 komentar:

komentar
Anonymous
December 14, 2015 at 6:58 AM delete This comment has been removed by a blog administrator.
avatar